Politik    Sosial    Budaya    Ekonomi    Wisata    Hiburan    Sepakbola    Kuliner    Film   
Home » » ASAL USUL DESA KALIKIDANG

ASAL USUL DESA KALIKIDANG

Posted by RAJAKAYA99 on Wednesday, February 6, 2013

RINGKASAN KISAH ASAL USUL DESA KALIKIDANG

             Pada jaman penjajahan Belanda Masyarakat kita dulu dikelompak-klompokan. Tiap kelompok dipimpin oleh seorang Raja yang bernaung kepada Pemerintah Kolonial Belanda.
Pada catatan sejarah daerah Banjarnegara, khususnya Kecamatan Pagentan dulunya termasuk dalam wilayah Kerajaan Mataram. Pada waktu itu para Pembesar Kerajaan Mataram terjadi sebuah kemelud Pro dan Kontra. Dengan terjadinya hal itu maka Kerajaan Mataram Pecah menjadi dua bagian. Mataram bagian barat yang sekarang disebut Djogjakarta yang dulunya menentang penjajahan belanda dan Mataram bagian timur dan sekarang menjadi kota Surakarta yang dulu pro atau memihak pada Kolonial Belanda.

 
             Kerajaan Surakarta dikuasakan kepada Raja Amangkurat II. Sekitar tahun 1600 di Surakarta terjadi geger Trunojoyo yang mengakibatkan Raja Amangkurat II dan beberapa Punggawa Kerajaannya menyingkir kearah barat sampai ke daerah Tegal. Disini Raja Amangkurat II mengalami sakit yang merenggut ajalnya dan dimakamkan di Tegal arum dan selanjutnya terkenal dengan sebutan Pangeran Amangkurat Tegal arum.
           Para rombongan Raja Amangkurat II saling berpindah haluan. Antara lain Surayudha beserta Puteranya Jaya Wikarta. Keduanya adalah bagian dari beberapa Prajurit Pilihan. KI Agung Alim juga ikut memisahkan diri dari Rombongan. Ki Agung Alim merupakan seorang ahli Agama Islam dari Surakarta.
Surayudha akhirnya menetap disebuah perkampungan yang terletek disebelah timur Sungai Tulis yang berdekatan dengan Desa Larangan.  Warga kampung setempat kemudian mengangkat Suryayudha menjadi Demang dan Perkampungan itu kemudian diberi nama Desa Surayudhan. Hingga kini nama Desa Surayudhan masih lestari  dan berletak di sebelah timur Desa Larangan. Sedangkan Puteranya menjadi Demang  di Desa Gelagah Legi. Oleh Ki Demang Gelagah Legi, namanya diganti menjadi Kaliglagah karena disesuaikan oleh kondisi daerah sekitar, karena disitu terdapat banyak sekali rumput Glagah yang tumbuh di sepanjang Kali. Hingga kini Desa Kaliglagah masih tetep berpenghuni dan merupakan Dukuh yang termasuk di Desa KALIKIDANG.
               Menurut keterangan dari berbagai nara sumber, Ki Agung Alim menjadi juru dakwah Agama Islam di daerah sebelah barat Sungai Tulis. Beliau termasuk cikal bakal Penyiar Agama Islam di wilayah Kecamatan Pagentan.
Jaya Wikarta atau Ki Demang Glagah Legi merupakan ahli kanuragan sedangkan Ki agung alim merupakan ahli Kerohanian. Keduanya saling bekerja sama membangun Masyarakat di daerah yang mereka tempati hingga mereka Meninggal dunia. Jenazah Jaya Wikarta di sematkan di Makam NGADILUHUR. Sedangkan Ki Agung Alim banyak yang menceritakan meninggal tanpa bekas atau “MUSNA SARAGA WADHAG” hanya ada sebuah peninggalan berupa Mahkota atau penutup kepala dari onggokan rambut yang diketemukan oleh Warga sekitar di tanah tegalan. Kemudian tempat itu dijadikannya cungkup atau tempat yang dikeramatkan oleh para Masyarakat sekitar. Untuk seterusnya tempat itu disebut  Makam SILAWE. Bertempat di dukuh Karang Lo Desa Kalitelaga Kecamatan Pagentan. Dan kini antara Makam NGADILUHUR tempat petilasan Jaya Wikarta dan Makam SILAWE menjadi tempat yang sangat dikeramatkan oleh Warga sekitar dan banyak warga dari daerah lain yang berziarah ke tempat itu.

KI DEMANG JAYA WIKARTA
 Asal usul Ki Demang Jaya Wikarta
              Sesuai pengalan kisah diatas telah diketahui bahwa Ki Demang Jaya Wikarta adalah Prajurit dari keraton atau kerajaan Surakarta dan merupakan Putera Dari Suryayudha seorang Petinggi Kerajaan Surakarta yang terpaksa Mengikuti Jejek Raja Amangkurat II yang pro Pemerintahan Kolonial Belanda. Tapi perlu digaris bawahi bahwa ketika terjadi pagemblug Trunojoyo sebetulnya Suryayudha kurang setuju dengan apa yang dilakukan Rajanya tersebut. Buktinya Suryayudha memisahkan diri dari rombongan Raja Amangkurat II yang kala itu harus terusir dari Tahta Kerajaan menuju ke Tegal. Suryayudha tidak sendiri ia bersama Puteranya dan beberapa Prajurit lainnya menetap di sebuah perkampungan yang sekarang bernama surayudhan. Sebuah perkampungan dalam wilayah Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah.
Sementara itu Jaya Wikarta melakuakn sebuah expansi ke seberang atau perbatasan antara Wonosobo dan Banjarnegara yang dibatasi oleh sebuah sungai yang bernama Sungai Tulis. Kemudian Jaya Wikarta berhenti disebuah Desa yang bernama Glagah Legi kemudian menjabat sebagai Demang dan mendapat sebutan Ki Demang Glagah Legi. Karena melihat kondisi alam sekitar yang banyak ditumbuhi rumput Glagah di sepanjang sungai Merawu. Kemudian Ki Demang Glagah Legi atau Jaya Wikarta memberi nama desa tersebut dengan nama Kali Glagah. Sekarang Desa Kali Glagah merupakan sebuah Perkampungan yang terletak tidak jauh dari Makam Ngadiluhur dan merupakan Dukuh dari Kelurahan Gumingsir .
Jaya Wikarta mempunyai seorang Putera yang bernama PATRA JAYA. Dalam perkembangan silsilah Patra Jaya setelah meninggalnya Jaya Wikarta inilah yang merupakan cikal bakal pendiri Desa Kalikidang. Sesuai apa yang di jelaskan oleh narasumber yang saya wawancarai bahwa keturunan Dari PATRA JAYA banyak melakukan expansi dan menyebar ke daerah daerah lain seperti:

1. Kalibening  “dalam kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah”
2. Gumiwang  “ dalam Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah”
3. Banjarnegara “ Kabupaten Kota”
4. Talun Amba “ dalam Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah”
5. Wanasraya “ dalam Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah”
6. Gembrosan “”dalam Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah”
7. Karangnangka “ dalam Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah”
8. Sokaraja “ dalam Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah”
9. Kalitlaga “ dalam Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah”
10.Gumingsir “ dalam Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah”
11.  Aribaya “ dalam Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah”
12.  Kalikidang “ dalam Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah”

               Pada tahun 1994 Keluarga besar Patrajaya berkumpul di kediaman Bapak Atmo Wiharjo mantan Kades Aribaya di Aribaya guna memusyawarahkan pemindahan Makam Jaya Wikarta. Dan terjadi sebuah perbedaan pendapat dalam hal itu karena salah satu pihak keturunan dari Kalikidang tidak setuju dengan keputusan dari 11 desa yang termasuk dalam Pro Aribaya yang menginginkan Makam Jaya Wikarta di pindahkan ke Aribaya. Kalikidang mempertahankan dengan segala upaya. Walau kontra 11 Desa Pro Aribaya, namun Kalikidang dapat mempertahankan dan memenangkan perebutan dengan dasar “ punden jaya wikarta merupakan bukti sejarah dan sangat di hormati masyarakat Kalikidang selama beratus retus tahun” tepat pada 17 Desember 1994 Kalikidang Berhasil memindahkan Makam Jaya Wikarta dari Makam Ngadiluhur ke Giriloyo “makam desa kalikidang”

PATRA JAYA
               Patra Jaya adalah Demang pertama yang memimpin sekeligus membuat perkumpulan pada tahun 1600 an di sebuah wilayah yang di sebut dengan KALIKIDANG. Nama Kalikidang sendiri diambil dari sebuah kisah dari banyaknya Kidang “ kijang dalam bahasa setempat” yang terlihat berkelompok dan sangat banyak menghuni disebuah anakan sungai Merawu. Dan dari kisah turun temurun bahwa salah satu Kidang atau Kijang tersebut dapat berubah wujud menjadi sosok manusia yang menggembalai Ribuan Kijang di sepenjang anakan Sungai tersebut. Dari potongan kejadian tersebut nama Desa Kalikidang tercipta. Namun kini Kijang yang hidup di wilayah Kalikidang telah mengalami penurunan yang sangat drastis. Hal ini karena perburuan modern dari berbagai manusia manusia egois dari luar Desa Kalikidang.
Kisah ini dari berbagai narasumber :

 1.  Alm. Suparman Karto Gunawan seorang keturunan Patra Jaya
 2.   Alm. Ali Santoso putera Dari Suparman Karto Gunawan
 3.   Bpk. Karno. Petugas departemen kebudayaan Kabupaten Banjarnegara
 4.   Bpk. Syamsi Seorang Tokoh masyarakat Atau sesepuh Desa Gumingsir Kec. Pagentan,Banjarnegara. 
 5.   Buku catatan Suparman Karto Gunawan

SHARE :
CB Blogger
 
Copyright © 2014 RAJAKAYA99. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Template by Creating Website and CB Blogger