RINGKASAN KISAH ASAL USUL DESA KALIKIDANG
Pada jaman penjajahan
Belanda Masyarakat kita dulu dikelompak-klompokan. Tiap kelompok
dipimpin oleh seorang Raja yang bernaung kepada Pemerintah Kolonial
Belanda.
Pada catatan sejarah
daerah Banjarnegara, khususnya Kecamatan Pagentan dulunya termasuk dalam
wilayah Kerajaan Mataram. Pada waktu itu para Pembesar Kerajaan Mataram
terjadi sebuah kemelud Pro dan Kontra. Dengan terjadinya hal itu maka
Kerajaan Mataram Pecah menjadi dua bagian. Mataram bagian barat yang
sekarang disebut Djogjakarta yang dulunya menentang penjajahan belanda
dan Mataram bagian timur dan sekarang menjadi kota Surakarta yang dulu
pro atau memihak pada Kolonial Belanda.
Kerajaan Surakarta
dikuasakan kepada Raja Amangkurat II. Sekitar tahun 1600 di Surakarta
terjadi geger Trunojoyo yang mengakibatkan Raja Amangkurat II dan
beberapa Punggawa Kerajaannya menyingkir kearah barat sampai ke daerah
Tegal. Disini Raja Amangkurat II mengalami sakit yang merenggut ajalnya
dan dimakamkan di Tegal arum dan selanjutnya terkenal dengan sebutan
Pangeran Amangkurat Tegal arum.
Para rombongan Raja
Amangkurat II saling berpindah haluan. Antara lain Surayudha beserta
Puteranya Jaya Wikarta. Keduanya adalah bagian dari beberapa Prajurit
Pilihan. KI Agung Alim juga ikut memisahkan diri dari Rombongan. Ki
Agung Alim merupakan seorang ahli Agama Islam dari Surakarta.
Surayudha akhirnya
menetap disebuah perkampungan yang terletek disebelah timur Sungai Tulis
yang berdekatan dengan Desa Larangan. Warga kampung
setempat kemudian mengangkat Suryayudha menjadi Demang dan Perkampungan
itu kemudian diberi nama Desa Surayudhan. Hingga kini nama Desa
Surayudhan masih lestari dan berletak di sebelah timur Desa Larangan. Sedangkan Puteranya menjadi Demang di Desa Gelagah Legi. Oleh Ki Demang Gelagah Legi, namanya diganti
menjadi Kaliglagah karena disesuaikan oleh kondisi daerah sekitar,
karena disitu terdapat banyak sekali rumput Glagah yang tumbuh di
sepanjang Kali. Hingga kini Desa Kaliglagah masih tetep berpenghuni dan
merupakan Dukuh yang termasuk di Desa KALIKIDANG.
Menurut keterangan dari
berbagai nara sumber, Ki Agung Alim menjadi juru dakwah Agama Islam di
daerah sebelah barat Sungai Tulis. Beliau termasuk cikal bakal Penyiar
Agama Islam di wilayah Kecamatan Pagentan.
Jaya Wikarta atau Ki
Demang Glagah Legi merupakan ahli kanuragan sedangkan Ki agung alim
merupakan ahli Kerohanian. Keduanya saling bekerja sama membangun
Masyarakat di daerah yang mereka tempati hingga mereka Meninggal dunia.
Jenazah Jaya Wikarta di sematkan di Makam NGADILUHUR. Sedangkan Ki Agung
Alim banyak yang menceritakan meninggal tanpa bekas atau “MUSNA SARAGA
WADHAG” hanya ada sebuah peninggalan berupa Mahkota atau penutup kepala
dari onggokan rambut yang diketemukan oleh Warga sekitar di tanah
tegalan. Kemudian tempat itu dijadikannya cungkup atau tempat yang
dikeramatkan oleh para Masyarakat sekitar. Untuk seterusnya tempat itu
disebut Makam SILAWE. Bertempat di dukuh Karang Lo Desa
Kalitelaga Kecamatan Pagentan. Dan kini antara Makam NGADILUHUR tempat
petilasan Jaya Wikarta dan Makam SILAWE menjadi tempat yang sangat
dikeramatkan oleh Warga sekitar dan banyak warga dari daerah lain yang
berziarah ke tempat itu.
KI DEMANG JAYA WIKARTA
Asal usul Ki Demang Jaya Wikarta
Asal usul Ki Demang Jaya Wikarta
Sesuai
pengalan kisah diatas telah diketahui bahwa Ki Demang Jaya Wikarta
adalah Prajurit dari keraton atau kerajaan Surakarta dan merupakan
Putera Dari Suryayudha seorang Petinggi Kerajaan Surakarta yang terpaksa
Mengikuti Jejek Raja Amangkurat II yang pro Pemerintahan Kolonial
Belanda. Tapi perlu digaris bawahi bahwa ketika terjadi pagemblug
Trunojoyo sebetulnya Suryayudha kurang setuju dengan apa yang dilakukan
Rajanya tersebut. Buktinya Suryayudha memisahkan diri dari rombongan
Raja Amangkurat II yang kala itu harus terusir dari Tahta Kerajaan
menuju ke Tegal. Suryayudha tidak sendiri ia bersama Puteranya dan
beberapa Prajurit lainnya menetap di sebuah perkampungan yang sekarang
bernama surayudhan. Sebuah perkampungan dalam wilayah Kabupaten Wonosobo
Jawa Tengah.
Sementara itu Jaya
Wikarta melakuakn sebuah expansi ke seberang atau perbatasan antara
Wonosobo dan Banjarnegara yang dibatasi oleh sebuah sungai yang bernama
Sungai Tulis. Kemudian Jaya Wikarta berhenti disebuah Desa yang bernama
Glagah Legi kemudian menjabat sebagai Demang dan mendapat sebutan Ki
Demang Glagah Legi. Karena melihat kondisi alam sekitar yang banyak
ditumbuhi rumput Glagah di sepanjang sungai Merawu. Kemudian Ki Demang
Glagah Legi atau Jaya Wikarta memberi nama desa tersebut dengan nama
Kali Glagah. Sekarang Desa Kali Glagah merupakan sebuah Perkampungan
yang terletak tidak jauh dari Makam Ngadiluhur dan merupakan Dukuh dari
Kelurahan Gumingsir .
Jaya Wikarta mempunyai
seorang Putera yang bernama PATRA JAYA. Dalam perkembangan silsilah
Patra Jaya setelah meninggalnya Jaya Wikarta inilah yang merupakan cikal
bakal pendiri Desa Kalikidang. Sesuai apa yang di jelaskan oleh
narasumber yang saya wawancarai bahwa keturunan Dari PATRA JAYA banyak
melakukan expansi dan menyebar ke daerah daerah lain seperti:
1. Kalibening “dalam kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah”
2. Gumiwang “ dalam Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah”
3. Banjarnegara “ Kabupaten Kota”
4. Talun Amba “ dalam Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah”
5. Wanasraya “ dalam Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah”
6. Gembrosan “”dalam Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah”
7. Karangnangka “ dalam Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah”
8. Sokaraja “ dalam Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah”
9. Kalitlaga “ dalam Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah”
10.Gumingsir “ dalam Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah”
11. Aribaya “ dalam Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah”
12. Kalikidang “ dalam Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah”
1. Kalibening “dalam kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah”
2. Gumiwang “ dalam Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah”
3. Banjarnegara “ Kabupaten Kota”
4. Talun Amba “ dalam Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah”
5. Wanasraya “ dalam Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah”
6. Gembrosan “”dalam Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah”
7. Karangnangka “ dalam Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah”
8. Sokaraja “ dalam Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah”
9. Kalitlaga “ dalam Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah”
10.Gumingsir “ dalam Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah”
11. Aribaya “ dalam Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah”
12. Kalikidang “ dalam Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah”
Pada tahun 1994
Keluarga besar Patrajaya berkumpul di kediaman Bapak Atmo Wiharjo mantan
Kades Aribaya di Aribaya guna memusyawarahkan pemindahan Makam Jaya
Wikarta. Dan terjadi sebuah perbedaan pendapat dalam hal itu karena
salah satu pihak keturunan dari Kalikidang tidak setuju dengan keputusan
dari 11 desa yang termasuk dalam Pro Aribaya yang menginginkan Makam
Jaya Wikarta di pindahkan ke Aribaya. Kalikidang mempertahankan dengan
segala upaya. Walau kontra 11 Desa Pro Aribaya, namun Kalikidang dapat
mempertahankan dan memenangkan perebutan dengan dasar “ punden jaya
wikarta merupakan bukti sejarah dan sangat di hormati masyarakat
Kalikidang selama beratus retus tahun” tepat pada 17 Desember 1994
Kalikidang Berhasil memindahkan Makam Jaya Wikarta dari Makam Ngadiluhur
ke Giriloyo “makam desa kalikidang”
PATRA JAYA
Patra Jaya adalah
Demang pertama yang memimpin sekeligus membuat perkumpulan pada tahun
1600 an di sebuah wilayah yang di sebut dengan KALIKIDANG. Nama
Kalikidang sendiri diambil dari sebuah kisah dari banyaknya Kidang “
kijang dalam bahasa setempat” yang terlihat berkelompok dan sangat
banyak menghuni disebuah anakan sungai Merawu. Dan dari kisah turun
temurun bahwa salah satu Kidang atau Kijang tersebut dapat berubah wujud
menjadi sosok manusia yang menggembalai Ribuan Kijang di sepenjang
anakan Sungai tersebut. Dari potongan kejadian tersebut nama Desa
Kalikidang tercipta. Namun kini Kijang yang hidup di wilayah Kalikidang
telah mengalami penurunan yang sangat drastis. Hal ini karena perburuan
modern dari berbagai manusia manusia egois dari luar Desa Kalikidang.
Kisah ini dari berbagai narasumber :
1. Alm. Suparman Karto Gunawan seorang keturunan Patra Jaya
1. Alm. Suparman Karto Gunawan seorang keturunan Patra Jaya
2. Alm. Ali Santoso putera Dari Suparman Karto Gunawan
3. Bpk. Karno. Petugas departemen kebudayaan Kabupaten Banjarnegara
3. Bpk. Karno. Petugas departemen kebudayaan Kabupaten Banjarnegara
4. Bpk. Syamsi Seorang Tokoh masyarakat Atau sesepuh Desa Gumingsir Kec. Pagentan,Banjarnegara.
5. Buku catatan Suparman Karto Gunawan